“Kadang ada yang bilang pakai APD itu ribet, tidak nyaman dan lain sebagainya. Tapi saya selalu menyampaikan bahwa keselamatan itu investasi agar kita bisa pulang ke rumah dengan selamat,” ujar Rendi mengawali obrolannya, Senin, (24/11/2025).
Oleh : Syaikhul Hadi
SIDOARJOSATU.COM – Di usia yang masih muda, Rendi telah lima tahun menghabiskan waktu kesehariannya berkeliling ditempat-tempat proyek sebagai sales, sekaligus memberikan arahan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Bukan sekadar menawarkan helm, rompi, atau sepatu safety, ia juga membawa misi yang lebih besar, yakni menjaga keselamatan (nyawa) para pekerja di lapangan.
Rendi Prasetiya merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pemuda asal Sidoarjo ini mulai meniti karirnya di bidang supplier APD setelah lulus dari bangku kuliah jurusan Ekonomi Manajemen di Sidoarjo. Berbeda dari kebanyakan fresh graduate yang mencari kenyamanan di kantor-kantor besar, Rendi memilih terjun ke industri APD yng penuh dinamika. Dengan area kerja yang sebagian besar berada di wilayah Jawa Tengah, ia bertemu para kontraktor, pekerja bangunan, dan industri yang menjadikan keselamatan sebagai garda terdepan.
“Jatuh dari ketinggian tiga meter saja sudah bisa berakibat fatal. karna itu body harness (pelindung badan) dan Alat Pelindung wajib lainnya bukan sekadar pilihan, tetapi kewajiban yang harus digunakan para pekerja.” ungkap Rendi.
Menurut Rendi, masih banyak pekerja yang menganggap APD sebagai beban. Menggunakan helm terasa tidak nyaman, sepatu dianggap berat, dan rompi lebih sering dilepas daripada dipakai. Namun dari pengalamannya di lapangan, ia tahu betul: satu kelalaian kecil bisa merenggut nyawa.
Dalam setiap kunjungannya, Rendi tidak hanya menampilkan produk. Ia juga melakukan simulasi dan menunjukkan cara pemakaian APD yang benar, termasuk berbagai tingkat risiko yang mungkin terjadi. Mulai dari helm, rompi, sepatu safety, hingga body harness, semua dikenalkan satu per satu kepada para pekerja dan user.
Maklum sebelum terjun di bidang supplier APD, Rendi banyak belajar dan bahkan mengikuti pelatihan dasar penggunaan APD. Ia juga memahami teknis setiap produk, mulai dari kekuatan APD, standar yang digunakan, hingga berbagai kategori APD untuk jenis pekerjaan tertentu, mulai dari pekerjaan di gedung bertingkat hingga pekerjaan di ruang terbatas.
“Sebelum menentukan APD, kita harus memahami dulu bahaya di lokasi kerja. Apakah ada gas berbahaya? Debu? Atau ada risiko jatuh? Baru kita tentukan APD yang tepat,” jelasnya.
Rendi menjelaskan bahwa banyak sekali jenis APD, tergantung kebutuhan di lapangan. Untuk masuk ke manhole saja, lanjut Rendi, pekerja harus dipastikan aman dari potensi gas berbahaya dengan detektor khusus. Jika ditemukan gas berbahaya, respirator dan masker oksigen wajib digunakan.
Setiap pekerjaan memiliki tantangan yang berbeda. Karena itu, perannya bukan sekadar menjual, tapi membantu perusahaan menentukan APD yang paling tepat sesuai tingkat risikonya.
Keselamatan dimulai dari Kesadaran

Sebagai orang yang setiap hari berinteraksi dengan pekerja lapangan, Rendi sadar betul bahwa APD sering kali dianggap formalitas. Padahal menurutnya, APD adalah bentuk kasih sayang baik dalam melindungi diri sendiri maupun keluarga.
“Kadang saya bilang ke rekan-rekan pekerja, pakai APD itu bukan buat bosmu. Tapi untuk keluargamu yang (sedang) menunggu kamu pulang,” ucapnya.
Upaya untuk melindungi diri sendiri tidak hanya ditujukan dalam penggunaan APD. Konon sejak lima tahun terakhir, Rendi sudah didaftarkan oleh perusahaanya sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Bekerja sebagai sales lapangan tentu penuh risiko. Karena itu, Rendi bersyukur sudah terdaftar menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dengan empat program: yakni Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan. Menurutnya program perlindungan itu memberikan rasa aman, bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk keluarganya.
“Saya merasa aman karena terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan. Dari awal bekerja sampai hari tua, ada jaminan.” ungkapnya penuh syukur.
Menariknya, dunia kerja Rendi tidak jauh dari keluarga. Ayah dan kakaknya yang juga sama-sama bekerja sebagai supplier. Meski beda komoditas, dari merekalah Rendi belajar banyak tentang pentingnya menjaga kedisiplinan dan keselamatan.
Bagi Rendi, menjaga keselamatan diri sendiri bukanlah beban, tapi kebutuhan yang harus dimulai dengan kesadaran. APD maupun jaminan perlindungan bukan hanya sekedar alat, tetapi teman pulang paling penting bagi setiap pekerja.
Perjalanannya mungkin sederhana, namun misinya besar. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, dari helm hingga sepatu safety, brosur hingga training, Rendi terus berupaya agar para pekerja di luar sana selalu bisa pulang ke rumah dalam keadaan utuh, sehat, dan selamat.






