SIDOARJOSATU.COM – Puluhan kader dan simpatisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Sidoarjo berkumpul di Gedung BUMDes Lebo, Kecamatan Kota Sidoarjo untuk menggelar refleksi dan doa bersama. Kegiatan ini diadakan dalam rangka memperingati 29 tahun peristiwa Kudatuli, kerusuhan 27 Juli 1996, yang menjadi salah satu momen penting dalam sejarah partai.
Acara yang berlangsung serentak di enam titik se-Sidoarjo ini bertujuan untuk membangkitkan kembali gairah semangat juang, gotong royong, dan kerukunan di antara para kader. Selain di Gedung BUMDes Lebo, kegiatan serupa juga diadakan di beberapa lokasi seperti di Ketegan Tanggulangin, Prambon, Tarik, Sukodono, Taman, Gedangan, dan Waru.
Dalam sambutannya, perwakilan DPC PDI Perjuangan Sidoarjo, Heru Setyanto, menyampaikan bahwa Kudatuli adalah sebuah peristiwa besar yang bukan hanya persoalan internal partai, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah perjuangan bangsa.
“Peristiwa Kudatuli adalah rangkaian dari dinamika politik saat itu. Dimulai dari kongres di Surabaya tahun 1993 yang menetapkan Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum, namun tidak diakui oleh pemerintah yang kemudian memfasilitasi kongres tandingan di Medan,” ujar Heru, Sabtu, (26/7/2025).
Ia melanjutkan, Kantor PDI di Jalan Diponegoro, yang sah di bawah kepemimpinan Ibu Megawati, diserang oleh pihak yang pro kongres Medan. Banyak korban berjatuhan, nyawa melayang, dan aktivis hilang. Namun, semangat para kader tak pernah padam.
Salah satu sesi inti dalam acara ini adalah saat seluruh lampu dipadamkan, dan setiap peserta menyalakan lilin yang sudah disediakan. Lilin-lilin itu kemudian menjadi penerang saat film dokumenter tentang peristiwa Kudatuli diputar.
Suasana haru dan khidmat menyelimuti ruangan. Heru menegaskan bahwa sikap kenegarawanan Megawati pasca-kejadian patut dicontoh.
“Ketika beliau menjadi presiden, Megawati tidak pernah membalas dendam. Beliau menyerahkan sepenuhnya kasus itu pada jalur hukum. Ini menunjukkan sikap seorang pemimpin yang tunduk pada aturan dan tidak memanfaatkan kekuasaan,” tegas Heru.
Lebih lanjut, Heru juga menyoroti kondisi ekonomi dan sosial yang terjadi saat ini, baik secara global maupun di Sidoarjo. Ia mengajak seluruh kader untuk terus solid dan berjuang demi kesejahteraan rakyat, khususnya para “wong cilik”.
“Kita sebagai kader partai, sejatinya memperjuangkan diri kita sendiri. Mari kita mulai dari hal sederhana, seperti berbelanja di tetangga atau sesama kader agar roda ekonomi tetap berputar di kalangan bawah,” ajak Heru.
Senada disampaikan Ketua Komisi C DPRD Sidoarjo dari Fraksi PDI Perjuangan, Khoirul Hidayat, pihaknya turut menekankan pentingnya kekompakan. Ia mengimbau seluruh kader untuk tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang beredar, terutama menjelang kongres partai.
“Saat ini, yang terpenting adalah kita tetap solid dan kompak. Jangan terpecah belah. Sikap kita harus tetap satu barisan,” kata Khoirul.
Ia juga berpesan agar para kader tidak hanya sekadar mengkritik, tetapi harus menjadi motor penggerak pembangunan di lingkungan masing-masing.
“Sudah tidak zamannya lagi kader partai hanya cerewet. Kita harus proaktif, ikut serta dalam kerja bakti, dan berpartisipasi aktif untuk kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Kegiatan refleksi dan doa bersama ini diakhiri dengan harapan agar semangat Kudatuli terus menjadi pengingat bagi seluruh kader PDI Perjuangan untuk tetap teguh dalam perjuangan, bergotong royong, dan selalu berada di tengah-tengah rakyat. (Had).





