SIDOARJO – Melambungnya harga komoditi Cabai jelang Ramadhan di sejumlah pasar di Sidoarjo disebabkan karena musim penghujan. Hal tersebut diungkapkan Listyaning Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kabupaten Sidoarjo.
Menurut Listyaning, selain faktor iklim wilayah Sidoarjo bukan penghasil cabai, sehingga ada ketergantungan kepada daerah lain yang sebagian besar petaninya menanam cabai.
“Meski harganya mahal, kebutuhan cabai untuk Sidoarjo masih bisa teratasi,”ucapnya.
Diungkapkannya, untuk melakukan antisipasi terhadap kenaikan harga yang tak terkendali dari beberapa komoditi diantaranya Cabai, Disperindag Sidoarjo telah mengajukan kepada TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) untuk dibentuk sebuah badan yang khusus menangani lonjakan harga dari kebutuhan masyarakat.
“Seperti BUMD atau BLUD yang nantinya akan langsung turun ke daerah penghasil cabai yang selanjutnya akan dijual ke masyarakat dengan harga standar untuk menstabilkan harga,”ujarnya.
Selain itu, pihaknya bersama dengan dinas Pertanian tengah menggalakkan minat masyarakat untuk menanam cabai dan tanaman lainnya di lingkungan rumah dengan media Polibag maupun hidroponik.
“Kebutuhan cabai tidak banyak untuk rumah tangga tapi memang harus ada, langkah yang tepat yakni dengan menanam di pekarangan rumah dengan Polibag,”ujarnya.
Perlu diketahui, jelang Ramadhan harga cabai di sejumlah pasar di Sidoarjo terus merangkak naik. Harga setiap kilogram cabai mencapai Rp 80 ribu, diprediksi harga tersebut akan terus naik hingga selesainya musim penghujan. (cles)