,

Direktur RS. Bunda Sampaikan Permohonan Maaf kepada Keluarga Pasien Dan Perbaiki Layanan RS. 

oleh -426 Dilihat
Foto : Direktur RS Bunda Waru saat Menyampaikan Permohonan Maaf kepada Keluarga Korban didampingi Kades Pranti, Sedati Sidoarjo, Rabu, (19/4/2023).

Sidoarjosatu.com – Polemik yang terjadi antara Pihak RS Bunda Waru Sidoarjo dan Keluarga korban berakhir damai. Direktur RS. Bunda Waru, Sidoarjo menyampaikan permohonan maaf nya kepada keluarga korban atas pelayanan yang terjadi di lingkungan RS.

Kesepakatan damai itu berlangsung di Balai Desa Pranti Kecamatan Sedati Sidoarjo dengan dihadiri langsung Kepala Desa Pranti Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Eko Purnomo.

“Alhamdulillah setelah melalui beberapa rangkaian proses, hari ini pihak RS. Bunda yakni Direktur RS. bunda dr. Antok berkenan Tabayyun langsung atau diselesaikan secara kekeluargaan dengan pihak keluarga korban,” ujar Kepala Desa Pranti, Kecamatan Sedati Sidoarjo, Eko Purnomo, Rabu, (19/4/2023).

Selama ini, persoalan yang terjadi antara pihak RS Bunda dan keluarga korban adalah terjadinya miskomunikasi. Meski demikian, pihak nya selaku Kepala Desa setempat memiliki kewajiban untuk melakukan kontrol sosial atas pelayanan RS terhadap warganya.

“Mudah-mudahan di bulan Ramadhan ini kita diberi ampunan dan menjadikan hari kemarin sebuah pelajaran untuk menjadi lebih baik lagi,” harapnya.

Pada kesempatan tersebut, Direktur RS. Bunda Waru, dr. Antok menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban atas pelayanan yang terjadi di RS. Bunda. Atas kejadian ini, pihaknya berjanji akan meningkatkan pelayanan prima untuk masyarakat.

“Kita berjanji akan memperbaiki layanan supaya lebih baik lagi. Alhamdulillah hari ini sudah ada perdamaian dengan pihak keluarga. Saya ucapkan terima kasih juga pada pak lurah yang sudah menjadi mediator kami,” tegasnya

Senada dengan Sri Utami, perwakilan keluarga Pak Teguh. Saat ini pihaknya sudah merasa lega dikarenakan adanya permintaan maaf dari pihak rumah sakit. Diharapkan kejadian seperti ini tidak terjadi dikemudian hari.

“Tolong pak kedepan perbaiki layanan RS. Agar tidak terjadi seperti yang kemarin. Dan yang kedua, bangun komunikasi yang baik dengan keluarga pasien. Sehingga pelayanan RS akan semakin baik,” singkatnya.

Sebelumnya, Komisi D DPRD Kabupaten Sidoarjo menggelar rapat dengar pendapat (Hearing) bersama keluarga pasien RS Bunda didampingi Kepala Desa Pranti Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Eko Purnomo, Dinas Kesehatan dan Ketua IDI Kabupaten Sidoarjo, dr. Nugroho di Ruang Rapat DPRD Kabupaten Sidoarjo. Sementara Pihak RS Bunda Waru yang absen dari rapat tersebut, rencananya akan dilakukan pemanggilan ulang.

Dalam rapat tersebut, pihak keluarga pasien mengeluhkan terkait lambannya penanganan RS hingga menyebabkan keluarga pasien meninggal dunia. Bahkan, pihak keluarga sampai saat ini masih menunggu klarifikasi dan iktikad baik dari pihak RS atas kejadian tersebut.

“Sampai saat ini, pihak RS belum ada klarifikasi terkait itu (lambannya penanganan medis),” ucap Sri Utami, Rabu, (12/4/2023)

Sri Utami menceritakan, pada Rabu, (8/3) sekira pukul 23.15, Sri Utami membawa orang tuanya; Teguh (67) ke RS Bunda Waru, Sidoarjo. Saat itu, ayahnya tiba-tiba mengalami rasa sakit luar biasa dibagian perut dan pinggang belakang usai mengkonsumsi kopi. Menurutnya, ayahnya tersebut tidak menyadari jika dirinya meminum kopi setelah mengkonsumsi obat.

Setelahnya itu, ayahnya merasa mual, muntah sampai drop. Akhirnya terpaksa dilarikan ke RS

Sesampainya di UGD, Sri Utami yang tengah tergopoh-gopoh dengan kondisi ayahnya tersebut tidak diperkenankan masuk ke ruang UGD, alasannya pasien harus didaftarkan terlebih dahulu. Dengan rasa panik, Sri Utami kemudian bergegas menuju ke loket pendaftaran. Meski saat itu petugas loket sedang istirahat, dia tetap memaklumi mengingat saat itu sedang larut malam. Sementara ayahnya tetap diluar (ruang observasi) bersama Adik Sri Utami.

Setelah dilakukan pendaftaran, Sri Utami diminta untuk menukarkan resep di apotik RS. Kemudian obat Ralfate dan Lanso Prazole tersebut diberikan kepada dr. Ulin. Kemudian pasien disuntik dibagian tangan sebelah kanan.

“Jadi ayah saya itu disuntik di ruang observasi, bukan didalam ruang UGD. Padahal saya lihat ruangannya kosong. Setelah disuntik, dokter Ulin bilang kalau pasien boleh dibawa pulang. Masa kondisi bapak seperti ini disuruh pulang dok, katanya, lalu dijawab ‘Iya nggak apa- apa bu sambil rawat jalan. Tapi kalau ibu mau tunggu disini enggak apa-apa, sambil menunggu pasien agak tenang,’. Ucap dokter kepadanya.

Selang beberapa menit kemudian tepatnya pukul 00.40 Wib, Sri Utami yang tengah menunggu tersebut mendapati ayahnya sudah gagal nafas. “Saya gerak-gerakin tangannya, saya pegang urat nadi nya juga gak bergerak. Bahkan adik saya juga memegang pipi ayah juga tak bergerak,” jelasnya.

Mendapati kondisi itu, dia pun bergegas memanggil dokter. Dengan tergopoh-gopoh dokter akhirnya membawa pasien masuk ke ruang UGD, dan dilakukan pemeriksaan. “Bak nasi sudah menjadi bubur” Pasien akhirnya dinyatakan meninggal dunia. (Had)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.