Mojokerto, sidoarjosatu.com – Umat Islam harus jadi dai semua. Berdakwah tidak harus di mimbar dan di masjid-masjid. Tapi bisa dilakukan di mana saja, di kantor, di pasar, termasuk di lapangan sepak bola.
Hal ini ditegaskan Prof Dr Didin Hafidhuddin MSc saat memberikan tausiyah pada Silaturahim Nasional (Silatnas) ke 10 dan Tabligh Akbar keluarga besar Ponpes eLKISI Mojokerto, Minggu (18/12/2022).
“Kita semua tahu bagaimana muslim Qatar berdakwa di bidang sepak bola. Cara Qatar memperlakukan tamu yang datang ke Qatar, untuk menonton sepak bola dengan menghormati, menjamunya, kemudian bagaimana menegakan hukum Islam, di tengah protes tentang LGBT yang jelas-jelas tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.Jadi dai (dakwa) bisa dilakukan dimana saja dan hukumnya wajib. Mari kita, diawali dari diri sendiri, di lingkungan rumah di lingkungan tempat tinggal, di kantor di pasar dan mana saja;” pintanya.
Untuk itu, muslim harus menjadi muslim yang saleh dan saleha. Mengedepankan hal-hal dan kewajiban sebagaimana yang disyariatkan Islam. Saling membantu dan menolong untuk kepentingan umat. Islam itu besar, menurut Didin diperlukan kesadaran akan kewajibannya, sebagaimana yang digariskan Allah, misalnya berzakat, sodaqoh, berinfaq, wakaf, amal jariyah dan bentuk- bentuknya. Ini semua bagian dari perjuangan Islam. Kalau tidak umat Islam, siapa lagi yang akan melakukan. Jadi pejabat tidak dilarang. Tapi jadilah pejabat yang dai, jadi polisi boleh, polisi yang dai, demikian juga di dunia TNI, olahragawan dan pengusaha.
“Saya sangat mengapresiasi keinginan KH Fatur Rahman, pengasuh Ponpes eLKISI dalam berdakwa lewat olahraga, mengajari santri tidak hanya pada ilmu agama. Tapi sudah mengembangkan dakwa lewat olaraga. Adab dalam berolahraga harus ditujukkan di lapangan pertandingan atau permainan. Bagaimana bila mengegolkan bola, bersujud sebagai ungkapan rasa syukur, saling bersalaman bila terjadi benturan yang tidak sengaja, minum dengan duduk. Inilah bagian dari berdakwa di bidang olahraga adab di lapangan,” jelas Didin, yang juga Guru Besar Ilmu Agama Islam Institut Pertanian Bogor ini.
Silatnas Ponpes eLKISI ini digelar di halaman masjid ponpes yang berlokasi di Pungging, Mojokerto. Tidak kurang dari 10.000 jamaah yang terdiri dari santri, wali santri, mantan santri, warga sekitar ponpes dan undangan lainnya dari seluruh penjuruh tanah air. Mereka sejak pagi antusias hadiri Silatnas ke 10 di usia ponpes yang ke 12 tahun. Selain dihadiri beberapa tokoh Jawa Timir, panitia juga mengundang
KH Syafruddin Zakaria Labay LC, asal Bengkulu, untuk memberikan ceramah bagaiana menjadi dai di pedalaman.
Perkembangan eLKISI sungguh luar biasa. Meski baru 12 tahun, asset ponpes sudah cukup banyak, dari 800 meter persegi saat awal didirikan, kini sudah mempunyai lahan seluas 21 hekter. Ini semua tidak lepas atas kegigihan KH Fatkur Rahman dan seluruh pengurus serta para ustadz yang tergabung dalam eLKSISI.
Dalam pidatonya KH Fatur mengajak para wali santri dan hadirin untuk terus berjuang membesarkan ponpes yang menjadi milik bersama ini. “Pondok ini bukan milik saya pribadi, tapi milih semua jamaah, terlebih dari peduli dengan perjuangan Islam melalui sarana pendidikan ponpes. In sha Allah, para santri dan satriwati akan menjadi pemimpin di masa mendatang. Selain menimbah ilmu agama dan duniawi, mereka kita ajarkan bagaimana beradab. Sebab, tidak ada artinya, bila sesorang berilmu tinggi tanpa didasari adab,” jelas kiai yang juga ketua PSSI Kabupaten Mojokerto ini.
Dengan prestasi yang telah diraih para santri dan santriwati eLKISI saat ini, baik di tingat kabupaten, provinsi, nasional bahkan internasional, seluruh ustadz sepakat dan sudah menjadi tujuan Bersama, akan terus mengembangkan pendidikan di eLKISI ini, misalnya dengan mendirikan jenjang pendidikan tingkat sarjana.
“Saat ini baru akademi atau institute, kedepan kami akan menuju ke universitas, agar pendidikan yang kami tanamkan dari mulai tingkat bermain, taman kanak-kanan, SD, SMP dan SMA, bisa berkisinambungan,” harap Kiai Fatur. (dul)